Pola Asuh Otoriter Orang Tua terhadap Anak


Di dalam mendidik anak ditemukan bermacam-macam perilaku orang tua. Secara teoritis perilaku tersebut dapat di kelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu perilaku yang otoriter, demokratis, dan pola asuh permisif. Pola asuh otoriter ditandai dengan adanya sikap diktator orang tua kepada anaknya. Ibarat mobilan remote yang selalu dikendalikan dengan remote control, anak akan selalu dikendalikan oleh orang tua. Semuanya serba di atur dengan kaku. Anak diberikan aturan yang super ketat dari orang tua, tanpa alasan logis dan tanpa mau tahu bagaimana pendapat dan perasaan anak.  Orang tua memandang bahwa semua sikapnya benar, hanya ingin yang terbaik untuk anaknya, sesuai dengan keinginannya sendiri. Sehingga tidak mau peduli jika anak memiliki keinginan yang berbeda dengannya. Mau gak mau, anak harus selalu menuruti semua perintah orang tua. Adanya tuntutan yang tinggi dari orang tua, tanpa adanya dukungan adalah ciri khas pola asuh ini. Dukungan, yaitu bagaimana orang tua memberikan perhatian, menerima perasaan anak, dan fokus pada kebutuhan anak. Sedangkan tuntutan adalah seberapa tinggi harapan orang tua terhadap anak.

Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan-aturan yang ketat. Sering kali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Perilaku orang tua yang otoriter antara lain sebagai berikut :
1.  Anak harus mematuhi peraturan orang tua dan tidak boleh membantah.
2. Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan pada pihak anak dan kemudian menghukumnya.
3. Kalau terdapat perbedaan orang tua dengan anak, maka anak dianggap sebagai seorang yang suka melawan dan membangkang.
4. Lebih cenderung memberikan perintah dan larangan terhadap anak.
5. Lebih cenderung memaksakan disiplin.
6. Orang tua lebih cenderung menentukan segala sesuatu untuk anak dan anak hanya sebagai pelaksana.

Dampaknya dalam pembentukan watak anak antara lain sebagai berikut:
1 Bikin Agresif
Kata ahli, tipe orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter, biasanya lahir dari pola asuh serupa yang diterima ketika kecil. Pendek kata, pola asuh jenis ini tak memberikan ruang ‘demokrasi’ pada anak, sebab peraturan dibuat untuk mengontrol anak. Orangtua dengan pola asuh ini juga terbilang keras dengan alasan mendidik. Namun, sayangnya beberapa orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter terkadang menyertakan hukuman fisik sebagai ganjaran bila anak melakukan kesalahan. Menurut ahli, efek negatif dari hukuman fisik ini bisa berakibat buruk pada fisik dan mental anak. Bagi mental, bisa membuat anak  berperilaku agresif, tak percaya diri, dan pemalu. Agresivitas ini akan terbentuk dari kemarahan atau perasaan negatif yang tertumpuk. Jadi, ketika anak sering mendapatkan hukuman fisik, maka mungkin saja ia menjadi marah dengan keadaan, lalu menyalurkannya dalam bentuk agresivitas pada orang lain.

2. Mengganggu Kesehatan Mental
Pola asuh jenis ini tak hanya menyoal keagresifan saja. Ternyata, pola asuh otoriter juga bisa mengganggu kesehatan mental anak, lo. Enggak percaya? Menurut studi dari University College London, anak yang sejak kecil selalu dikontrol kehidupannya, ternyata tidak bahagia dan memiliki kesehatan mental yang rendah. Bahkan, efek jangka panjangnya  mirip dengan kondisi mental orang yang pernah ditinggal meninggal oleh seorang yang dekat dengannya.

3. Kurang Memiliki Motivasi
Pola asuh yang ‘mengekang’ kebebasan anak, ujung-ujung bisa membuat anak kurang memiliki motivasi internal untuk menentukan perilaku yang tepat. Ke depannya, anak akan merasa takut dan pencemas serta kurang terpenuhi rasa aman dan kasih sayang yang mendasar. Enggak cuma itu, menurut ahli seperti dikutip dari Bully Online, anak yang mengalami kekekrasan fisik di rumah, bisa melampiaskan kemarahannya di luar rumah. Nah, hal inilah yang nantinya bisa memicu perilaku agresif terhadap teman-teman di sekitarnya.

4.  Takut Berpendapat
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter cenderung takut mengemukakan pendapat. Pasalnya, orangtua mereka selalu menutup rapat-rapat ruang untuk berdiskusi. Itulah sebabnya anak akan merasa ragu atau takut salah ketika mengutarakan pendapatnya pada orang lain.

Semakin otoriter pendidikan anak, semakin mendendam anak itu dan semakin besar kemungkinan anak akan senang melawan dan tidak patuh secara sengaja. Dalam pola asuh otoriter, anak diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan meskipun sudah menginjak usia dewasa. Pola asuh ini diterapkan oleh orang tua terhadap anak dalam hal pilihan nilai hidup atau hal-hal yang bersifat prinsip.

Sumber : Elhanalearningkit.com
               Halodoc.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BREM SOLO

KOST PUTRI PONDOK DHANISSA

SOTO SOKARAJA